
JAKARTA — Indonesia sedang mempertimbangkan penerapan aturan baru yang akan mewajibkan penerbangan internasional melalui Jakarta dan Bali menggunakan campuran bahan bakar berkelanjutan (sustainable aviation fuel/SAF) atau bioavtur dengan kadar 1% mulai tahun 2026.  
Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Edi Wibowo, menyampaikan bahwa draf regulasi untuk penerapan bertahap SAF saat ini sedang disusun.
“Aturan mengenai penerapan bertahap SAF sedang dalam proses penyusunan, dengan usulan penerapan awal sebesar 1% mulai 2026,” ujarnya.
Dalam rancangan peraturan tersebut, Indonesia menargetkan peningkatan kadar campuran SAF secara bertahap hingga mencapai 5% pada tahun 2035.
Menurut perkiraan lembaga kajian Indonesia Palm Oil Strategic Studies (IPOSS), Indonesia memiliki potensi untuk memproduksi 3–4 juta kiloliter minyak jelantah (used cooking oil/UCO) per tahun, yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku utama produksi SAF.
Rencana ini berkembang seiring langkah Pertamina yang pada tahun ini telah memulai produksi SAF berbasis minyak jelantah di salah satu unit kilangnya. Pertamina juga berencana mengonversi dua kilang lainnya agar mampu mengolah bahan bakar dari minyak jelantah.
Sebelumnya, Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono, menyatakan bahwa pengembangan SAF berbasis minyak jelantah menjadi fokus utama perusahaan dalam mendukung agenda transisi energi nasional.
Menurut Agung, bahan bakar berkelanjutan tersebut tidak hanya dapat menurunkan emisi karbon hingga 84%, tetapi juga mendorong terbentuknya ekonomi sirkular di tingkat masyarakat.
“Kami telah menggunakan SAF dari minyak goreng masyarakat untuk penerbangan. Jadi, ini bukan hanya soal pengurangan emisi karbon, tetapi juga bagian dari ekonomi sirkular karena masyarakat dapat menukar minyak jelantah menjadi rupiah, yang kemudian diolah menjadi bahan bakar berkelanjutan dan efisien,” jelasnya.
Langkah Pemerintah dan Industri
Pemerintah Indonesia sedang mengambil langkah-langkah strategis untuk mempercepat adopsi bahan bakar berkelanjutan dalam sektor penerbangan. Dengan rencana penerapan SAF secara bertahap, pihak berwenang berharap bisa mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan meningkatkan keberlanjutan lingkungan.
Beberapa hal yang menjadi fokus utama dalam rencana ini antara lain:
- Peningkatan kapasitas produksi SAF: Indonesia memiliki potensi besar dalam memproduksi minyak jelantah, yang dapat digunakan sebagai bahan baku utama SAF. Dengan peningkatan produksi, negara ini bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri dan bahkan mengekspor produk tersebut ke pasar internasional.
- Kolaborasi antara pemerintah dan swasta: Perusahaan seperti Pertamina telah menunjukkan komitmen kuat dalam pengembangan SAF. Kerja sama ini diharapkan bisa mempercepat inovasi dan pengembangan infrastruktur yang dibutuhkan.
- Penguatan regulasi: Draf regulasi yang sedang disusun akan menjadi dasar bagi implementasi SAF di sektor penerbangan. Regulasi ini harus mampu menjawab berbagai tantangan teknis dan ekonomis.
Manfaat Ekonomi dan Lingkungan
Penerapan SAF tidak hanya memberikan manfaat lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru. Dengan memanfaatkan minyak jelantah, masyarakat dapat berpartisipasi dalam ekonomi sirkular, di mana limbah diubah menjadi sumber daya bernilai.
Selain itu, penggunaan SAF juga bisa mengurangi emisi karbon secara signifikan. Menurut data dari Pertamina, SAF berbasis minyak jelantah mampu mengurangi emisi hingga 84%. Ini menjadi langkah penting dalam upaya Indonesia mengurangi dampak perubahan iklim.
Tantangan dan Tindakan Lanjutan
Meskipun rencana ini menjanjikan, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah ketersediaan bahan baku yang cukup dan stabil. Selain itu, infrastruktur produksi dan distribusi SAF juga perlu dikembangkan lebih lanjut.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah dan industri perlu bekerja sama dalam merancang kebijakan yang mendukung pengembangan SAF. Pelatihan dan edukasi bagi masyarakat juga diperlukan agar mereka memahami manfaat dan cara mengelola minyak jelantah.
Dengan langkah-langkah ini, Indonesia dapat menjadi contoh dalam pengembangan bahan bakar berkelanjutan, sekaligus memperkuat posisi negara dalam dunia penerbangan global.
 
 
 
Post a Comment Blogger Facebook